NBCIndonesia.com - Maarif Institue yang selama ini dikenal sebagai salah satu corong Liberalisme di Indonesia mengeluarkan rilis hasil riset yang mereka lakukan meneliti kota paling Islami di Indonesia.
Hasilnya, penelitian selama tahun 2014 ini dari 29 Kota di Indonesia yang diteliti mencatatkan kota Denpasar sebagai salah satu kota yang dinilai sebagai paling Islami. Denpasar dinilai paling Islami karena memiliki poin 80, dengan tiga indikator dan sederet analisa ketat.
Sebaliknya, menurut Maarif Institue kota-kota di Indonesia yang mengklaim dan menggunakan peraturan daerah syariah, justru menduduki posisi terendah sebagai kota Islami. Seperti Kota Banda Aceh, berada di urutan 19, bahkan yang terparah ditempati Kota Padang, Ibukota Sumatera Barat. Kota Padang, menjadi kota terbawah, karena ini memiliki tingkat keamanan yang rendah, tingkat kesejahteraan yang juga rendah dan nilai kebahagian yang sama rendahnya. Dalam nilai indikator Maarif Institute, menunjukkan angka 50 bagi Kota Padang.
(Link: VIVAnews)
Penelitian ini sangat bias dengan indikator "islami" yang sangat dipaksakan.
Satu contoh saja yang bertolak belakang dan TERBUKTI Denpasar Bali sangat TIDAK ISLAMI adalah pelarangan Jilbab.
Berita yang dirilis Republika Online pada 21 Februari 2014 berjudul "Komnas HAM: Pelarangan Jilbab Terjadi Hampir di Seluruh Bali".
[Kutipan]:
DENPASAR-- Kasus pelarangan mengenakan jilbab di sekolah di Bali ternyata bukan hanya dilakukan SMAN 2 Denpasar. Lebih dari itu, pelarangan mengenakan jilbab di Bali ditengarai dilakukan sebagian besar sekolah yang ada di seluruh kabupaten dan kota di Bali.
"Dari laporan yang kami terima, kasus itu tidak hanya terjadi di Denpasar saja, tapi hampir di seluruh Bali," kata Drs Maneger Nasution MA dari Komnas HAM RI.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/14/02/21/n1c9xr-komnas-ham-pelarangan-jilbab-terjadi-hampir-di-seluruh-bali
***
Jadi, bagaimana mungkin Denpasar yang pernah melarang siswanya mengenakan jilbab kemudian dinyatakan sebagai KOTA ISLAMI? (pp)