Nusanews.com - Seorang wanita asal Inggris bernama Rebecca Morris-Roberts menderita kondisi langka yang disebut kejang anoxic reflek. Kondisi tersebut membuat membuat jantung dan napasnya berhenti secara mendadak.
Secara teknis, ia dinyatakan meninggal karena kondisinya itu. Namun tak lama setelah ia meninggal, ia akan bergerak dan bernafas kembali dengan normal. Dalam ilmu medis, kondisi seperti ini sering disebut mati suri.
Dikutip dari Wales Online, kondisi yang dialami Rebecca ini menyebabkan gangguan pada bagian sarafnya. “Mataku menggulung ke dalam kepala saya, bibir dan wajah saya berubah jadi abu-abu, tubuh saya mengeras, saya berhenti bernafas dan mulai kejang-kejang,” kata Rebecca.
Tak lama kemudian, tubuh Rebecca tiba-tiba bergerak dengan sendirinya. Ia pun sadar kembali tapi tidak tahu apa yang telah terjadi padanya. Kejang Rebecca itu dimulai ketika ia berusia 16 tahun dan dipicu emosi ekstrem, terutama saat mengalami kecemasan.
Pada bulan April 2014 lalu, Rebbeca menikah dengan seorang pria bernama Elfyn. Rebecca dan keluarga sangat takut ia akan 'mati' ketika acara pernikahan tersebut dilangsungkan. Setelah banyak pertimbangan, Rebecca yang tinggal di Ystradgynlais, memutuskan memakai alat pacu jantung yang dipasang tiga bulan sebelum hari besar itu. Dan beruntunglah ia, penyakitnya tersebut tidak kambuh.
Rebecca menceritakan karena kondisi langkanya itu sampai-sampai dulu seorang perawat pernah ketakutan mengambil darahnya. Kini, ia sudah berdamai dengan 'kematian' setelah lebih dari selusin mengalaminya. Jika dihitung-hitung, Rebbeca pernah mati suri sampai 13 kalinya. Sementara itu, dokter belum menemukan cara untuk mengobati penyakitnya tersebut. (tn)