Nusanews.com - Pada acara “Silaturahim Purnawirawan TNI/Polri, Organisasi Masyarakat Keagamaan dan Kepemudaan” di Balai Kartini, 13 Mei 2016, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menegaskan bahwa bahaya laten Partai Komunis Indonesia (PKI) memang benar-benar ada.
“Bahaya laten ini benar. Saya enggak mau dibilang enggak ada. Kalau dianggap begitu terus bisa bahaya,” tegas Ryamizard.
Di sisi lain, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan memandang enteng soal peredaran atribut PKI, “Palu Arit”, khususnya menggunakan media kaos.
Menanggapi sikap Luhut, Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Pusat Anton Tabah Digdoyo, menegaskan bahwa fakta dan sejarah sudah jelas terkait pemberontakan PKI yang selalu gagal. Namun dalam pernyataan Luhut yang terkesan memberi ruang terhadap geliat PKI. Pemerintah sepertinya ragu terhadap PKI karena saat ini ada wacana pemerintah akan meminta maaf kepada PKI dan keluarganya.
Anton mengingatkan, jika keadaan itu dibiarkan, negara bisa hancur jika setiap ganti penguasa berubah kebijakan. Padahal isu PKI adalah hal yang sangat sensitif dan tidak bisa dimaafkan. “Jika tiap menghadapi masalah bilang negara ada di tengah bagaimana dengan tuntutan masyarakat agar naskah Pancasila kembali ke naskah asli Piagam Jakarta. Kenapa negara bisa mengatakan Pancasila sudah final. Tapi terhadap PKI tidak bisa,” jelas Anton seperti dikutip republika (11/05),.
Untuk mencegah PKI tidak lagi bangkit di Inonesia, Anton Tabah menyarankan Luhut yang dekat dengan Presiden Jokowi untuk memberikan saran dan masukan yang benar dan terbaik tentang PKI. Anton menilai, Jokowi mungkin saja kurang mengerti tentanng sepak terjang PKI yan telah dua kali melakukan pemberontakan.
Terkait isu kebangkitan PKI, aktivis politik Narliswandi Piliang (Iwan Piliang) di akun Twitter @IwanPiliang7 menulis: “Media itu opini. Yang bilang rekayasa isu PKI, sah saja. Indikasi ada yang rekayasa & itu oknum PKI di kekuasaan. Rakyat yg cerdas saatnya bergerak.” (it)