Nusanews.com - Berbagai pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok belakangan ini menunjukkan kesiapan dan kelegowoannya untuk kalah dan tidak terpilih lagi sebagai Gubernur pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017. Ahok memang realistis, tahu diri sebagai sosok yang kontroversial dan sadar diri bahwa publik melihatnya sebagai pemimpin bergaya preman, walau dalam arti yang konstruktif.
Seakan ada firasat dalam dirinya bahwa ada kemungkinan besar dirinya tak terpilih lagi dalam laga Pilgub DKI ke depan. Ahok dan barisan pendukungnya pun sadar bahwa begitu banyak lawan politik dan musuh social yang harus mereka hadapi. Ahok bukannya tak tahu bahwa dia diincar banyak pihak, dibidik banyak pihak, ditentang banyak pihak, baik dari kalangan sipil sampai militer yang jengkel. Sebagai sosok kontroversial, Ahok berusaha tampil apa adanya, dengan segala kompleksitas, kekasaran dan keruwetan sepak terjangnya.
Ahok tipikal generasi baru Tionghoa yang mencoba mengabaikan sindrom minoritas ganda, bukan Islam dan bukan pribumi, suatu kondisi dan posisi yang sangat tidak menguntungkan dirinya, namun mampu dia olah jadi kekuatan pribadi yang menimbulkan kecemburuan dan kejengkelan para lawan dan musuh politiknya.
Oleh sebab itu, diapun mengalir saja sebagai calon inpenden ketika banyak pihak menghendakinya masuk pilgub DKI lewat PDIP, misalnya, seakan dia tak perlu amat dengan parpol. Dia menjadikan dirinya kelinci percobaan sebagai calon independen menuju Pilgub DKI 2017 dan kalau menang diproyeksikan kubu Teman Ahok sebagai cawapres Jokowi pada pilpres 2019. Eksperimen politik Ahok ini memang gila, namun itulah adanya.
Menghadapi kemungkinan terburuk yakni dirinya jadi tersangka oleh KPK atau kalah dalam Pilgub DKI nanti, Ahok sudah mengaku tak masalah apabila nantinya ia tak terpilih kembali pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017. Ia berharap, gubernur penggantinya nanti dapat transparan.
"Kan kita enggak tahu siapa yang jadi gubernur. Ya mudah-mudahan (gubernur) yang pengganti saya itu jujur, bisa buktikan hartanya, dan transparan, semua prosesnya transparan," kata pria Bangka-Belitung ini.
Basuki mengaku siap menghadapi risiko maju melalui jalur independen dengan dukungan Teman Ahok. Ia pun mengaku siap menyelesaikan jabatannya hingga Oktober 2017.
Mantan Bupati Belitung Timur itu mengaku telah menyiapkan sistem agar gubernur penggantinya nanti tinggal melanjutkan apa yang ia wariskan.
Ahok mau siapkan penganggaran sistem template, RKPD (rencana kerja pemerintah daerah) semua yang bantuan CSR juga dimasukkan ke dalam rencana. Saya tidak ingin kalau gubernurnya bukan saya, terjadi penyelewengan, ini bisa jadi kontribusi masalah atau CSR masalah," kata Basuki.
Dengan demikian, Basuki berharap gubernur penggantinya akan lebih mudah menjalankan kebijakan di Pemprov DKI Jakarta.
Sekilas firasat Ahok untuk siap terpental dan legowo itu sudah mengisyaratkan bahwa dirinya sangat mungkin kalah karena dikeroyok banyak pihak: dari parpol dan publik yang antipati pada tabiat, sikap dan perilakunya. Sebagai sosok kontroversial, firasatnya itu bisa kita baca sebagai kesiapannya untuk keok dalam Pilgub DKI, atau bahkan yang terburuk jadi tersangka (TSK) oleh KPK dalam kasus reklamasi atau RS Sumber Waras.
Ahok sudah sampai pada no point of return dalam konteks politik Jakarta yang hiruk pikuk dan penuh sandiwara itu Dalam posisi '' no point of returun'' politik Ahok sudah tak bisa balik lagi, dia jadi calon independen dan tokoh kontroversial yang ''bengal'', serta siap terjungkal dan terpental, meski dengan tangan terkepal. Ahok adalah produk reformasi demokrasi liberal yang libidinal dan banal. (il)