logo
×

Selasa, 24 Mei 2016

Dicopot dari Pangkostrad, Prabowo Temui Habibie:"Presiden Apa Anda? Anda Naif!", Ada Apa Saat itu? Simak!

Dicopot dari Pangkostrad, Prabowo Temui Habibie:"Presiden Apa Anda? Anda Naif!", Ada Apa Saat itu? Simak!

Nusanews.com - "Berikan saya tiga minggu atau tiga hari saja untuk masih dapat menguasai pasukan saya," ucap Prabowo.

Habibie tetap menolak. "Tidak! Sebelum matahari terbenam semua pasukan sudah harus diserahkan kepada Pangkostrad baru! Saya bersedia mengangkat Anda menjadi duta besar di mana saja," ujar Habibie.

Prabowo menolak tawaran duta besar. "Yang saya kehendaki adalah pasukan saya."

"Ini tidak mungkin, Prabowo," ujar Habibie.

Tak lama kemudian, penasihat militer presiden, Letjen Sintong Panjaitan, masuk ke ruangan.

Sintong meminta Prabowo untuk meninggalkan ruangan, sebab Habibie masih memiliki agenda lain, yaitu bertemu Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri.

Sebelum pergi, Prabowo minta agar Presiden Habibie bersedia menjadi perantara agar dia dapat berbicara dengan Pangab Wiranto. Habibie kemudian meminta ajudan, namun Wiranto tak dapat dihubungi.

Untuk kedua kalinya, pintu dibuka. Sintong pun meminta Prabowo meninggalkan ruangan. Tak lama kemudian, Prabowo pun pergi.

"Saya masih sempat memeluk Prabowo dan menyampaikan salam hormat saya untuk ayah kandung dan ayah mertua Prabowo," tulis Habibie.

Tanggapan Prabowo

Dalam wawancara kepada Majalah Panji pada 27 Oktober 1999, Prabowo mengungkap alasannya bertemu Habibie.

"Saya datang ke Habibie karena sebelumnya dia selalu berkata, 'Bowo, kalau ada keragu-raguan, jangan segan-segan menemui saya'," tutur Prabowo.

Selain itu, Prabowo mengaku ingin menanyakan alasan pergantian itu. Saat itu, Habibie meminta Prabowo untuk mengikuti pergantian tersebut.

"Habibie bilang turuti saja perintah atasan. 'Ini kemauan ayah mertua kamu juga'. Jadi, Pak Harto memang minta saya diganti," tutur Prabowo.

Tidak hanya itu, Prabowo bahkan membantah tudingan yang menyebut dia ingin melakukan kudeta. Menurut dia, tidak ada alasan untuk melakukan kudeta.

"Inkonstitusional, tidak demokratis, dan lebih berat lagi, secara psikologis saya ini kan terkait dengan keluarga Pak Harto. Kalau Pak Harto sudah menyerahkan ke Habibie, masak saya mau kudeta?" ujar Prabowo.

"Anda tahu paman saya gugur sebagai pahlawan muda. Kakek saya pejuang. Moyang saya, selalu berjuang melawan penjajah kolonial Belanda. Bagaimana mungkin saya menodai garis keturunan yang begitu saya banggakan, dengan berpikir mengambil alih kekuasaan secara inkonstitusional," lanjutnya.

"Berikan saya tiga minggu atau tiga hari saja untuk masih dapat menguasai pasukan saya," ucap Prabowo.

Habibie tetap menolak. "Tidak! Sebelum matahari terbenam semua pasukan sudah harus diserahkan kepada Pangkostrad baru! Saya bersedia mengangkat Anda menjadi duta besar di mana saja," ujar Habibie.

Prabowo menolak tawaran duta besar. "Yang saya kehendaki adalah pasukan saya."

"Ini tidak mungkin, Prabowo," ujar Habibie.

Tak lama kemudian, penasihat militer presiden, Letjen Sintong Panjaitan, masuk ke ruangan.

Sintong meminta Prabowo untuk meninggalkan ruangan, sebab Habibie masih memiliki agenda lain, yaitu bertemu Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri.

Sebelum pergi, Prabowo minta agar Presiden Habibie bersedia menjadi perantara agar dia dapat berbicara dengan Pangab Wiranto. Habibie kemudian meminta ajudan, namun Wiranto tak dapat dihubungi.

Untuk kedua kalinya, pintu dibuka. Sintong pun meminta Prabowo meninggalkan ruangan. Tak lama kemudian, Prabowo pun pergi.

"Saya masih sempat memeluk Prabowo dan menyampaikan salam hormat saya untuk ayah kandung dan ayah mertua Prabowo," tulis Habibie.

Tanggapan Prabowo

Dalam wawancara kepada Majalah Panji pada 27 Oktober 1999, Prabowo mengungkap alasannya bertemu Habibie.

"Saya datang ke Habibie karena sebelumnya dia selalu berkata, 'Bowo, kalau ada keragu-raguan, jangan segan-segan menemui saya'," tutur Prabowo.

Selain itu, Prabowo mengaku ingin menanyakan alasan pergantian itu. Saat itu, Habibie meminta Prabowo untuk mengikuti pergantian tersebut.

"Habibie bilang turuti saja perintah atasan. 'Ini kemauan ayah mertua kamu juga'. Jadi, Pak Harto memang minta saya diganti," tutur Prabowo.

Tidak hanya itu, Prabowo bahkan membantah tudingan yang menyebut dia ingin melakukan kudeta. Menurut dia, tidak ada alasan untuk melakukan kudeta.

"Inkonstitusional, tidak demokratis, dan lebih berat lagi, secara psikologis saya ini kan terkait dengan keluarga Pak Harto. Kalau Pak Harto sudah menyerahkan ke Habibie, masak saya mau kudeta?" ujar Prabowo.

"Anda tahu paman saya gugur sebagai pahlawan muda. Kakek saya pejuang. Moyang saya, selalu berjuang melawan penjajah kolonial Belanda. Bagaimana mungkin saya menodai garis keturunan yang begitu saya banggakan, dengan berpikir mengambil alih kekuasaan secara inkonstitusional," lanjutnya. (kp)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: