NBCIndonesia.com - Pemerintah diingatkan agar tidak berlebihan menyikapi munculnya atribut-atribut berlogo palu arit dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Pemerintah dianggap bisa menebarkan fobia berlebihan kepada masyarakat.
Tim Advokasi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Sugeng Teguh Santoso menyampaikan, pihaknya tidak bisa terima dengan penangkapan yang dilakukan aparat terhadap dua orang anggota AMAN di Ternate.
"Karena mereka memakai kaus bertulis PKI yang kepanjangan dari Penggemar Kopi Indonesia, mereka ditangkap Polres Ternate," ujarnya, di Jakarta.
Sugeng menyampaikan, dengan penangkapan itu, AMAN meminta Yayasan Satu Keadilan (YSK) untuk melakukan advokasi dan upaya hukum. "Kini kedua orang itu sudah dibebaskan atas upaya Yayasan Satu Keadilan yang mengutus Sekretaris YSK, Syamsul Alam Agus ke sana," jelasnya.
Sugeng mengingatkan, fobia komunisme yang dihembus-hembuskan oleh kelompok tertentu sangat berpotensi menimbulkan konflik horizontal. Selain itu, isu yang tidak jelas juntrungannya ini, menurutnya digunakan untuk mengalihkan isu-isu radikalisme agama di Indonesia.
"Sinyalemen itu terbukti, sikap fobi komunisme telah membuat Polres Ternate menangkap dua orang anggota AMAN yang memakai kaos bergambar PKI, Penggemar Kopi Indonesia," ujarnya.
Tentu saja, Penggemar Kopi Indonesia yang disingkat PKI itu tidak ada hubungannya dengan komunisme yang dilarang di Indonesia. Menurut Sugeng, pemerintah dan aparat tidak perlu asal menangkapi orang-orang atas nama atribut komunisme.
"Ternyata tidak ada bukti, kaos itu cuma buat fun saja. Jadi tidak ada tuduhan telah menyebarkan faham komunisme itu," ujarnya.
"Selain itu Sugeng mengingatkan, fobi komunisme yang tidak bisa dikendalikan oleh pemerintah, bisa memakan korban dan menjadi pemicu pelanggaran hak asasi manusia," pungkas Sugeng. *** (rmol)