logo
×

Senin, 18 April 2016

Reklamasi, Nelayan "Tercekik" Karena Sulit Melaut, Pemerintah Tutup Mata Pada Rakyat Kecil

Reklamasi, Nelayan "Tercekik" Karena Sulit Melaut, Pemerintah Tutup Mata Pada Rakyat Kecil

NBCIndonesia.com - Istri-istri nelayan pesisir pantai utara Jakarta menjerit lantaran harga bahan pokok untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin mencekik. Amirah (56) mengaku bahwa dampak reklamasi pulau yang terjadi membuat ia harus memutar otak, agar keluarganya dapat tercukupi kebutuhan hidupnya.

Sehari-hari sang suami melaut membutuhkan Rp 300 ribu untuk membeli solar. Namun hasil yang didapat selama ia melaut tak bisa mencukupi kehidupan keluarga.

"Kalau tiga hari sekali itu solarnya sekitar Rp 300 ribu, tapi suami saya pulang cuma bawa Rp 250 ribu kadang Rp 200 ribu malahan. Anak saya yang SMA minta jatah jajan Rp 20 ribu, ya nggak cukup lah," ungkap Amirah di Muara Angke, Jakarta Utara, Senin (18/4).

Dilanjutkannya, dampak reklamasi pulau tersebut menambah biaya solar yang biasanya 30 liter per hari untuk mencari ikan harus menambah solar 10 liter lagi menjadi 40 liter.

"Kan gara-gara reklamasi itu, kapal bapak harus muterin pulau dulu. Kalau biasanya lurus aja langsung bisa, ini harus muter dulu. Kan solar nambah boros mbak," keluhnya.

Untuk diketahui, reklamasi 17 pulau di Teluk Jakarta belakangan ramai diperbincangkan. Polemik mulai muncul setelah KPK menetapkan Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Mohamad Sanusi dan Presiden Direktur PT Agung Podomoro, Ariesman Widjaja, sebagai tersangka kasus suap dalam pembahasan raperda zonasi tentang reklamasi.

Reklamasi teluk Jakarta dinilai mengabaikan keresahan masyarakat dalam hal ini para nelayan. Tidak hanya itu, aspek lingkungan juga disebut-sebut akan berdampak secara signifikan jika reklamasi dilakukan. (ma)

Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: