NBCIndonesia.com - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah ingin bertemu dengan Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Niatan itu dibuktikan dengan pertemuan dirinya dengan orang dekat SBY, Syarief Hasan di gedung DPR pada Selasa (19/4).
Dalam perbincangan hangat yang disaksikan sejumlah wartawan, Fahri dan Syarief Hasan bertukar nomor kontak. Fahri tak mengungkap apa yang akan dibahas bersama SBY nanti. Kabar kemudian muncul jika Fahri Hamzah ingin bergabung dengan Demokrat usai dipecat dari PKS.
"Kalau kader seperti begini, harganya mahal," kata Syarief sambil terkekeh di Kompleks Parlemen.
"Biaya transfer mahal? Ronaldo atau Messi nih? Kita lagi banyak olahraga mental ini," timpal Fahri bercanda.
"Saya ini kan tetangga Pak SBY. Saya mau ketemu beliau bersama Pak Syarief. Mohon waktu. Saya mau cerita," ujar Fahri Hamzah lagi.
Fahri memang dikenal sebagai pengkritik paling keras semasa pemerintahan SBY. Berbagai ungkapan sindiran bahkan ejekan kepada SBY pernah dilontarkan Fahri saat SBY berkuasa.
Setelah lengser, kemudian Fahri menegaskan sudah saatnya berhenti mengkritik SBY. Menurut dia, wajar saja orang berkuasa dikritik meskipun PKS berada di dalam pemerintahan SBY- Boediono kala itu.
"Hasilnya Pak SBY 2 periode, kritik untuk beliau membuat Pak SBY mengambil keputusan yang terbaik. Pak SBY menembus bagi bangsa ini APBN 2 kali, seribu T dia tembus, dua ribu dia tembus. Setelah orangnya enggak berkuasa mesti kita puji, begitu dia berkuasa mesti kita kritik. Begitu teorinya," ujarnya.
Puja puji Fahri kepada SBY dinilai sebagai manuver ingin bergabungnya politisi asal NTB yang meraih 100 ribu lebih suara saat Pemilu Legislatif 2014.
Bahkan dia pengumpul suara terbanyak di PKS saat pemilu lalu.
Kemesraan Fahri ini kemudian dipandang sinis oleh Ruhut Sitompul, Koordinator Jubir Partai Demokrat. Menurut Ruhut, Fahri ingin bergabung dengan Demokrat sehingga mau bertemu dengan SBY.
Namun Ruhut menegaskan, akan keluar dari Demokrat jika benar SBY bakal terima Fahri Hamzah di Demokrat. Ruhut memang selama ini dikenal kerap berseberangan dengan Fahri Hamzah. Baik saat SBY berkuasa maupun saat era Presiden Joko Widodo.
"Kalau dia bergabung ke partai kami, saya akan keluar dari Partai Demokrat. Karena saya yang pasang badan menghadapi dia, kalau yang lain safety player," kata Ruhut di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (20/4).
Namun anggota komisi III DPR ini tak masalah jika Fahri ingin berkomunikasi secara langsung dengan SBY. Dia bahkan memastikan SBY akan menerima kunjungan Fahri.
"Silakan saja. Kalau mau ketemu SBY. SBY negarawan akan nerima curhat siapapun. Tapi Fahri, saya yakin ada catatan di hati SBY paling dalam," tuturnya.
Mengenai isu ini, Fahri sudah menjawab berkali-kali, bahwa dirinya tak ingin pindah partai meski sudah dipecat. Sebab, PKS adalah partai yang dia dirikan dan bangun bersama hingga menjadi partai yang dikenal oleh masyarakat.
Sejumlah informasi juga menyatakan bahwa sejak dipecat dari PKS, Fahri memang mendapatkan tawaran dari sejumlah partai politik untuk bergabung. Hanya saja, Fahri tetap keras menolak dan ingin berada di PKS.
"Enggak, bukan (akan bergabung dengan Demokrat). Saya pendiri PKS, saya tetap ingin di PKS. Saya justru menggugat itu supaya bisa balik ke PKS," jelas Fahri Hamzah. (mdk)