NBCIndonesia.com - Jaringan 98, komunitas aktivis mahasiswa 1998, mengingatkan kondisi negara sudah diambang krisis. Rakyat berada dalam tekanan yang berat dan tidak dipedulikan elit nasional sehingga mudah sekali di picu melakukan pembangkangan.
"Situasi terkini mirip jelang Reformasi 1998 dahulu. Daya beli rakyat melemah, upah buruh harian hanya cukup sambung hidup. Perpecahan elite dan konflik antar lembaga kian terbuka, adu kuat tak peduli etika ketatanegaraan, cuek dengan nasib rakyat!" ujar Ricky Tamba, Jurubicara Jaringan '98, Minggu (24/4/2016).
Ricky menilai tekanan negara meningkat dengan maraknya penggusuran pemukiman rakyat, usaha kaki lima, areal nelayan dan sebagainya, serta penangkapan kaum prodemokrasi yang kritis. Alih-alih tak mampu jamin kehidupan layak, malahan lakukan kekerasan atas nama kekuasaan.
"Kemiskinan dan pengangguran sesuai data BPS terus bertambah karena PHK buruh dampak kebijakan ketenagakerjaan yang tak kondusif bagi pelaku industri nasional," papar Ricky Tamba.
Ditambahkan, potensi gerakan rakyat yang telah bergerak sektoral akan semakin menemukan elan progresivitas bila tercapai kesamaan analisa situasi nasional dan program tuntutan serta munculnya para tokoh yang diterima lintas sektoral.
Untuk itu, Jaringan '98, menurut Ricky, mendukung penuh hak prerogatif Presiden Joko Widodo untuk merombak (reshuffle) Kabinet Kerja dan rekrut figur-figur nasionalis terbaik pro NKRI. Selain itu juga sosok yang mampu kerja keras, cerdas dan tuntas penuhi janji Nawacita.
"Mempertimbangkan kekuatan di parlemen sebagai satu-satunya dukungan bagi stabilitas pemerintahan adalah salah besar bila gerakan kritis rakyat yang memuncak tidak direspon tepat. Reshuffle kabinet harus mendinamisir positif kedua kekuatan, yakni parlemen dan gerakan rakyat," papar dia.
Ricky mengingatkan setiap penggulingan pemerintahan selalu dimulai dari gerakan rakyat di jalanan, kemudian parlemen ketuk palu mendukung. "Waspada gerakan kritis rakyat tagih janji Nawacita!" pungkas Ricky. (ts)