logo
×

Minggu, 10 April 2016

Anak Fahri Bertanya: Apakah Karena Abah Dipecat, Kami Tidak Bisa Ikut Tarbiyah Lagi?

Anak Fahri Bertanya: Apakah Karena Abah Dipecat, Kami Tidak Bisa Ikut Tarbiyah Lagi?

NBCIndonesia.com - Fahri Hamzah tampaknya belum bisa ‘move on’ usai dipecat partainya, PKS.
Fahri tampak terus melawan keputusan partainya tersebut.

Hal itu terlihat dalam sejumlah cuitannya di akun twitternya.

Ia mengungkapkan jika PKS sudah seperti rumahnya.

Partai inilah yang membesarkan nama Fahri hingga menduduki Wakil Ketua DPR RI.

Namun bukan itu yang membuatnya terguncang.

Melainkan pertanyaan istri dan anaknya apakah mereka masih bisa ikut Tarbiyah.

“Yaitu jika Isteri dan anak kita bertanya, "apakah karena abah dipecat, kami tidak bisa ikut tarbiyah lagi?". #BersamaDakwah,” tulis Fahri.



“Ini pertanyaan paling mengguncang saya kemarin...#BersamaDakwah,” tulisnya lagi.
Tarbiyah merupakan salah satu tradisi di PKS.

Tarbiyah pula yang mempertemukan Fahri dan istrinya.

“Aku dan istriku bertemu di jalan ini...suatu hari di bulan Ramadhan di Masjid Arif Rahman Hakim UI, 20 th lalu. #BersamaDakwah,” ungkapnya.

Menangis Dikeluarkan dari Grup WA

Mata Fahri berkaca-kaca saat menceritakan akun WhatsApp dirinya dikeluarkan dari grup WA PKS.

Ia mengaku terkejut sudah tidak lagi mendapat pengakuan dari kolega partainya.

Dia tidak mengira pemecatan dirinya berimbas pada dengan tidak lagi dilibatkan dalam diskusi internal partai lewat obrolan grup WA tersebut.

"Tiba-tiba saya dikeluarkan dari banyak grup WhatsApp kader. Mereka dilarang mendiskusikan saya," ujar Fahri melalui akun Twiter miliknya.

Lebih dari, lanjut Fahri, dirinya tidak habis pikir sampai-sampai para pengurus PKS dan kader yang duduk di DPR diminta oleh petinggi PKS agar memutus komunikasi denganya.

"Ini saya seperti diusir. Tapi, ada juga yang minta maaf. Katanya, 'Nih terpaksa dikeluarkan karena ada instruksi.' Kok seperti anak-anak. Karena handphone saya sibuk terus, begitu saya masuk ke grup Whatsapp itu, tahu-tahu ada tulisan penjelasan di bawah, 'You no longer this group'. Sampai segitunya," ucap Fahri dengan mata berkaca-kaca.

Fahri mengaku tidak kikuk dengan para pengurus maupun teman-teman satu fraksi, PKS, di DPR, pasca-dirinya diberhentikan dari partai.

"Kalau dengan fraksi biasa aja lah. Kita sudah dewasa. Komunikasi dengan teman sefraksi harus. Dan bagi saya, mereka itu orang baik semua," akunya.

Ia justru ikut sedih lantaran begitu banyak dukungan dari kader dan simpatisan atas kejadian politik yang menimpanya ini. Mereka berasal dari kader PKS di dalam negeri dan luar negeri menyampaikan dukungan melalui SMS dan WA.

"Kalau saya biasa orangnya. Tapi, banyak yang canggung dari teman-teman. Karena mereka isi SMS dan WA japri (pribadi) pakai emoticon keluar air mata. Mereka dari dalam dan luar negeri," ungkapnya.

"Padahal, lima hari sebelum saya dipecat, saya sempat mengisi pengajian untuk kader di Eropa via Skype, di Prancis dan Belanda. Tapi, tiba-tiba sekarang 'selesai' dengan partai. Istilahnya, aku kamu end," selorohnya.

Bahkan, ada sejumlah kader yang sampai menangis saat berpisah dengan dirinya seusai pertemuan di Palembang, Sumatera Selatan beberapa hari lalu.

"Kalau dengan teman-teman fraksi saya nggak kikuk. Tapi, dengan teman dan kader yang di kampung-kampung, kantong-kantong tempat teman saya. Kikuknya, ada perasayaan dari mereka bahwa keputusan ini tidak pernah dibayangkan sebelumnya sehingga seolah-olah saat bertemu atau kirim pesannya seperti saat ini sudah berpisah.

Kemarin saat saya pulang dari Palembang. Saya dipeluk teman di sana seperti orang yang nggak akan bertemu lagi seumur hidup.

Seperti orang yang melepas orang haji pada zaman dulu. Mereka pada menangis dan terharu. Yah itu biasa lah, namanya orang kaget," paparnya.

Cara PKS Keluarkan Fahri

"Biar jelek-jelek begini, kita (saya,-red) ini pejabat negara. Seharusnya partai hormati sedikit lah." Begitu kata Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah saat mengungkapkan kekecewaannya lantaran pemberhentian dirinya sebagai anggota DPR dari DPP PKS disampaikan melalui surat yang dikirimkan lewat office boy (OB), di Gedung DPR/MPR/DPD RI, Jakarta, Jumat (8/4/2016).

Fahri menceritakan, pada Minggu (3/4) malam, dirinya kedatangan tamu setelah menunaikan ibadah Salat Isya berjamaah di masjid dekat rumahnya, komplek perumahan Puri Sriwedari, Cibubur, Jawa Barat.

Ia mengenal pria tersebut adalah Abdullah, office boy (OB) di DPP PKS.

Lantas, ia mengajak OB tersebut ke rumah seusai dia melaksanakan Salat Isya.

Setelah bertemu di rumah, Fahri baru mengetahui kedatangan OB tersebut pada malam itu adalah untuk mengantarkan surat keputusan (SK) dari DPP PKS.

Namun, ia tak menyangka jika isi SK tertanggal 1 April 2016 itu berisi tentang pemberhentian dirinya dari semua jenjang keanggotaan di PKS. SK itu ditandatangani oleh Presiden PKS selaku Majelis Tahkim PKS.

Ia mengaku tidak terlalu terkejut sesaat mengetahui isi surat tersebut mengingat sebelumnya telah beredar kabar hingga surat tentang pemberhentian dirinya.

Ia justru menangkap pengiriman surat pemberhentiannya itu lantaran para pengurus PKS yang dipimpin oleh Sohibul Iman tengah kebingungan.

Sebab, informasi pemberhentian dirinya itu sudah lebih dulu 'bocor' ke media massa.

"Saat itu, saya berpikir pasti partai saya ini lagi kelimpungan dengan berita ini. Karena Pak Iman bikin statement, dia membuat rilis pengakuan. Dan itu masalah. Bagaimana ada kebocoran itu dan dia juga buat rilis pengakuan?

Seharusnya kan dia menolak atau nggak benar ada begini begini dahulu kan. Tapi, rupanya memang sudah ada niat sebelumnya" paparnya.

Menurutnya, pemberhentiannya oleh DPP PKS dengan alasan indispliner hingga dianggap tidak santun selaku kader adalah menabrak aturan dan mekanisme partai.

Menurutnya, pemecatannya ini tidak lepas dari motif pribadi petinggi DPP PKS. Sebab, proses pemberhentiannya dilakukan berdasarkan permintaan, direncanakan dan dipaksakan.

"Karena semua ini motif pribadi, maka semuanya diorder. DPP diorder untuk melaporkan saya, BPPO diorder untuk menuntut saya dengan pelanggaran berat, dan Majelis Tahkim diorder untuk memecat saya. Sekarang ini baru mulai disosialisasikan ke bawah secara dzalim dan sangat tidak menghormati kader," ucapnya.

Meski tidak terkejut, Fahri mengakui dirinya kecewa dengan cara pengurus DPP PKS yang memberhentikan dirinya melalui surat yang diantarkan oleh seorang OB.

Fahri merasa cara seperti itu seperti tidak menghargai dirinya sebagai pimpinan aktif DPR dan salah satu pendiri Partai Keadilan, cikal bakal PKS.

"Bukan (kecewa) karena dianggap seperti orang biasa. Karena ini persoalan serius, bos. Karena setengah perjalanan hidup saya ada di partai ini. Tapi, tiba-tiba mau diputuskannya pakai OB. Kan tidak fair," katanya.

Menurutnya, seharusnya pihak DPP PKS memberitahukan perihal pemberhentian dirinya itu ke DPP bidang Pembinaan, DPW, DPD kab/kota, hingga DPC.

Padahal PKS adalah sebuah lembaga partai. Sementara, saat itu pemberhentiannya hanya diketahui oleh dirinya dan seorang OB.

"Seharusnya juga dia datang baik-baik, masalahnya apa, atau panggil saya ke fraksi misalnya ini ada keputusan partai, supaya santun ke depan diam-diam aja dahulu, atau sampaikan surat dan sebagainya. Tapi, ini dibocorkan.

Sehabis dibocorkan, kirim OB ke rumah. Ini PKS atau ... Sekarang Undang-undang Pembantu rumah tangga domestik saja, tidak bisa begitu saja diberhentikan, ada pesangon dan segalanya. Ini saja nggak ada pesangon," kata Fahri diikuti senyumnya.

Fahri mengaku tidak kesal dengan kejadian itu. Namun, ia sedikit kecewa dengan cara pemberhentiannya seperti itu. Menurutnya, cara seperti itu menunjukkan PKS sebagai partai yang tidak mempunyai etika.

"Ini tidak ada etika sama sekali," ujarnya.

Ia menambahkan, dirinya tidak menginginkan para pendukungnya dari Kesatuan Aksi tidak memberikan perlawanan secara frontal dengan memberikan pernyataan di media massa atau pun melakukan pergerakan atas pemecatan dirinya ini. (tn)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: