NBCIndonesia.com - Serangan teroris pada Kamis (14/1/2016) lalu masih membekas dalam memori pedagang rokok bernama Yudi (31). Tempat jualan Yudi hanya berjarak sekitar 100 meter dari Starbucks Coffee, Jalan M. H. Thamrin, Jakarta Pusat, tempat pertama yang jadi sasaran bom.
"Saat itu saya langsung berdiri dan keadaannya saya lihat ada orang yang terpental keluar dari jendela juga orang lainnya yang luka-luka pada keluar dari jendela, salah satu pelaku bomnya hancur semua badannya," kata Yudi yang lapaknya berada di seberang Djakarta Theater.
Beberapa detik kemudian terdengar ledakan bom lagi di pos polisi, Jalan M. H Thamrin. Tak mau ambil resiko, Yudi langsung ambil langkah seribu ke arah Jalan Sabang.
Densus 88 Belum Izinkan Jenazah Teroris Thamrin Dibawa Pulang
"Kejadiannya cuma jeda sekitar 30 detik ketika Starbucks itu meledak lalu, nggak lama pos polisi juga meledak itu dahsyat daya ledakannya, sampai kerasa getarannya. Pas ledakan itu saya langsung lari ke timur karena saat itu masih disusul ledakan-ledakan bunuh diri juga terjadinya baku tembak antara polisi dan teroris," kata Yudi.
Tapi, dia berubah pikiran. Dia memutuskan kembali lagi mendekat ke tempat kejadian perkara.
Yudi mengatakan setelah peristiwa, karyawan gedung Sarinah dilarang keluar gedung hingga pukul 13.00 WIB.
"Ya karyawan nggak ada yang boleh keluar saat itu, semua gedung dikunci, karena kan posisinya di luar lagi nggak aman tuh," kata Yudi.
Mirna Meninggal Diracun Sianida, Polisi Akan Periksa Jessica Lagi
Yudi mendekat lagi dan dia merekam berbagai peristiwa pascaledakan.
"Video saya sempat ditawar seharga Rp30 juta oleh wartawan tv, tapi saya nolak saat itu. Alasannya saya nggak mau," kata Yudi
Video Yudi berisi rekaman korban bergeletakan di atas jalan, seperti di busway samping pos polisi, selain itu tubuh salah satu teroris yang hancur lebur di depan Starbucks.
Lihat wartawan diusir polisi
Saat mengambil gambar, Yuddy melihat dua wartawan yang tengah ingin meliput baku tembak antara polisi dan anggota teroris.
Begini Cara Polisi Pastikan Kopi Mirna Ditaburi Racun Sianida
"Hal unik yang saya lihat saat kejadian itu ketika dua orang wartawan yang nekat meliput dia sembunyi di pojokan Starbucks, katauan polisi, kepala mereka akhirnya dipentung sama polisi karena saat itu masih belum aman," katanya.
Setelah kejadian, Yudi tahu seorang penjual sate, Jamal, menjadi terkenal di media sosial. Foto Jamal yang tetap santai sambil mengipasi sate saat terjadi baku tembak beredar luas.
"Kalau soal pedagang sate yang ramai di perbincangkan media itu jauh dari sini jaraknya bisa satu kilometer, ya jelas itu masih aman mbak di sana," kata Yudi.
Harapan
Belajar dari peristiwa Thamrin, Yudi berharap aparat keamanan meningkatkan keamanan.
"Di Indonesia ini memang begitu, kalau ada kejadian barulah pengamanan diperketat kalau bisa ya agar mall-mall dan tempat-tempat ramai seperti ini pengamanannya harusnya bisa lebih ketat agar tidak kecolongan lagi," kata Yudi.
Kasus Kematian Mirna Ditingkatkan ke Penyidikan
Walau serangan teroris pekan lalu memakan korban, Yudi mengaku tidak takut tetap jualan di pinggir jalan.
"Nggak takut sih, sudah aman di sini. Karena saya pribadi dengar diberita, yang diburu itu polisi jadi kalau warga yang menjadi sasaran mungkin akan lebih banyak lagi korbannya," kata Yudi.
Yudi berharap negara memberikan hukuman yang tepat kepada teroris. Menurut Yudi hukuman yang tepat melalui pembinaan.
"Harusnya teroris-teroris itu terus dibina, dipisahkan, mereka kan seperti itu pikirannya sudah dicuci karena pembai'atan itu kan. Kalau mereka dihukum mati kan pasti akan ada lagi. Mereka cuma berpikir mati dengan mengatasnamakan agama. Pikirannya sudah tidak normal, jadi selama pembinaan mungkin mereka bisa kembali lagi pikiran normalnya," kata Yudi. (suara)