Lambang Gafatar |
"Orang yang hilang itu belum tentu bergabung Gafatar, sebab untuk menetapkannya butuh pendalaman lebih lanjut," kata Haryanto saat dihubungi dari Payakumbuh, Kamis (21/01/2016).
Ia mengatakan, sejak diketahui seorang dokter di Yogyakarta bergabung ke dalam Organisasi Gafatar beberapa waktu lalu, ada masyarakat yang "hilang" atau putus komunikasi dengan keluarga mereka menjdi sering dikaitkan dengan Gafatar.
Polda Sumbar sementara ini belum menerima laporan secara resmi berapa masyarakat yang bergabung dengan Gafatar.
Ia menyebutkan, sejak tiga bulan terakhir Gafatar tidak melakukan kegiatan di tengah. Artinya, kegiatan mereka lakukan secara tertutup. Meski aktivitas mereka tidak muncul, namun bibit-bibit ajarannya diyakini belum hilang secara keseluruhan.
Selama ini kegiatan Gafatar di Sumbar hanya berbentuk kegiatan-kegiatan sosial.
Pihaknya telah berupaya melakukan kegiatan persuasif dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat agar tidak bergabung dengan organisasi tersebut.
Sementara itu, cendekiawan Muslim Azyumardi Azra mengimbau untuk tidak main hakim sendiri terhadap bekas anggota Gafatar karena persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan cara persuasif.
Menurut mantan Rektor UIN Syahid Jakarta tersebut, tindakan anarkis itu justru akan menimbulkan polemik baru di masyarakat.
Ia mengatakan setiap warga negara Indonesa dari apapun golongannya berhak mendapatan perlindungan dari pemerintah dan ketidaktanggapan pemerintah justru dapat membuat masyarakat main hakim sendiri terhadap bekas Gafatar.
Umat Islam, kata dia, harus menyikapi Gafatar dengan cara yang halus dan elegan bukan mengedapankan tindakan radikal. (rn)