Kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang juga Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (kiri) waktu itu memberi hormat kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sebelum membacakan Dedication of Life dalam acara pembukaan Rakernas III PDIP di Ancol, Jakarta, Jumat (6/9/2013). Rakernas yang dihadiri 1.330 fungsionaris dan kader PDIP seluruh Indonesia tersebut akan berlangsung pada 6-8 September 2013. |
Pendapat itu disampaikan pengamat politik Muhammad Huda kepada intelijen (03/12). “PDIP bisa terpojok dengan kasus ini, Megawati makin buruk di mata rakyat dan Jokowi makin mendapat dukungan karena dianggap berani melawan Megawati,” kata Muhammad Huda.
Huda mengatakan, pasca tersebarnya rekaman itu, PDIP pun akan membuat sebuah skenario yang bisa memperburuk citra Jokowi, dan bahkan Jokowi bisa jatuh. “Bagi PDIP terbongkarnya kasus ini sebuah aib, dan memalukan Megawati sebagai Ketua Umum PDIP. Bisa saja PDIP akan melakukan perlawanan terhadap Jokowi,” jelas Huda.
Kata Huda, Megawati memarahi Jokowi sangat menarik bila ada yang melaporkan Ketua Umum PDIP itu ke kepolisian dengan alasan menghina kepala negara. “Jokowi itu kepala negara, kalau sampai dimarahi, Megawati bisa dipanggil kepolisian. Wiranto dan Surya Paloh bisa dijadikan saksi,” papar Huda.
Sebelumnya, dalam rekaman Setya Novanto cs terdengar suara yang dipastikan suara pengusaha minyak Riza Chalid, yang menyatakan Presiden Jokowi dimarahi Megawati karena menolak Budi Gunawan menjadi Kapolri.
“Di Solo ada…, ada Surya Paloh, ada si Pak Wiranto, pokoknya koalisi mereka. Dimaki-maki Pak Jokowi itu sama Megawati di Solo. Dia tolak BG. Gila itu, saraf itu,” ujar Riza yang tengah berbicara dengan Maroef.
Konteks pembicaraan adalah, Riza dan Novanto tengah memberitahu Maroef soal sikap keras kepala Jokowi (koppig) ketika telah memutuskan atau memilih sesuatu. “Padahal, ini orang (BG) baik kekuatannya (Jokowi) apa, kok sampai seleher melawan Megawati,” lanjut Riza.(itl)