logo
×

Selasa, 18 Agustus 2015

Semakin Jauh dari Allah Karena Bertambah Rezeki

Semakin Jauh dari Allah Karena Bertambah Rezeki

NBCIndonesia.com - Semua rezeki yang hari ini kita dapatkan adalah berasal dari-Nya yang Maha pemberi rezeki. Sekecil apa pun itu merupakan jatah kita yang Allah SWT berikan hari ini. Tak ada satu makhluk pun yang tidak diatur dan diawasi rezekinya oleh Allah SWT.

أَمَّنْ هَٰذَا الَّذِي يَرْزُقُكُمْ إِنْ أَمْسَكَ رِزْقَهُ ۚ بَلْ لَجُّوا فِي عُتُوٍّ وَنُفُورٍ

“Atau siapakah yang dapat memberi kalian rezeki jika Dia menahan rezeki-Nya? Bahkan mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan dari kebenaran,”(QS. Al-Mulk: 21).

Ayat ke-21 surah al-Mulk ini memiliki karakter kalimat yang sama dengan ayat ke-20. Diawali dengan kata amman (Atau siapakah). Pertanyaan untuk orang-orang kafir, adakah sesuatu yang bisa memfasilitasi mereka memperoleh rezeki bila Allah SWT telah menetapkan untuk tidak memberi mereka rezeki. Bila Allah SWT telah menghentikan segala sesuatu yang menjadi sebab mereka memperoleh rezeki, seperti tidak adanya hujan dari langit, atau hama yang menghancurkan tanaman dan buah-buahan yang mereka tanam, adakah sesuatu yang mampu memulihkan semua itu seperti sediakala selain Allah SWT?

Sungguh, tidak ada siapa pun yang mampu memulihkan semua itu bagi mereka selain Allah SWT. Akan tetapi, orang-orang kafir tidak mengambil pelajaran dari semua nasihat demikian yang disampaikan oleh para nabi dan pemberi peringatan. Mereka justru berpaling, melawan, dan menentang, serta terus menuruti tuntunan hawa nafsu mereka yang telah dikendalikan oeh setan sampi akhir hidup mereka.

Pada ayat itu terdapat kalimat bal lajju (akan tetapi mereka terus menerus). Kalimat ini mewakili hasil yang anti klimaks, berlawanan dengan tujuan yang Allah SWT inginkan dari pertanyaan yang terdapat pada sebelumnya. Hasil yang benar dan seharusnya dilakukan manusia saat mereka mendapat keberlimpahan rezeki adalah semakin mendekat kepada Allah SWT; semakin memperbanyak sedekah; semakin khusyuk’ beribadah; semakin ikhlas beramal saleh; semakin sabar dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya; semakin dalam keyakinannya kepada Allah; semakin tinggi tingkat ketakwaannya; semakin baik akhlaknya; dan segala jenis kebaikan seharusnya menjadi perilaku yang mewarnai setiap sikap manusia. Akan tetapi, semua hal baik itu tidak dilakukan oleh mereka.

Mereka justru melakukan yang sebaliknya. Hal itu dijelaskan dengan kata fi ‘utuwwin wa nufur (berada dalam kesombongan dan semakin menjauh). Kata‘utuwwun digunakan dua kali dalam Al-Qur’an dengan tema yang sama, yaitu tentang orang-orang yang kufur dan ingkar.

وَقَالَ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا الْمَلَائِكَةُ أَوْ نَرَىٰ رَبَّنَا ۗ لَقَدِ اسْتَكْبَرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ وَعَتَوْا عُتُوًّا كَبِيرًا

”Dan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami (di akhirat) berkata, ‘Mengapa bukan para malaikat yang diturunkan kepada kita atau (mengapa) kita (tidak) melihat Rabb kita?’ Sungguh, mereka telah menyombongkan diri mereka dan benar-benar telah melampaui batas, (dalam melakukan kezaliman),”(QS. Al-Furqan: 21).

Pemakaian kata ‘utuwwun di dalam surah al-furqan ini untuk menjelaskan kadar kekufuran orang-orang kafir dan perilaku mereka yang telah melampaui batas. Mereka sama sekali tidak berharap akan berjumpa dengan Allah SWT di akhirat kelak; mengingkari para nabi dan rasul dengan mengatakan, ”Mengapa tidak diturunkan kepada kami malaikat saja, atau mengapa kami tidak dapat melihat Tuhan kami?”

Perkataan demikian muncul dari kesombongan; merasa diri lebih baik dari para nabi dan rasul yang dipilih oleh Allah SWT. Mereka beranggapan, seharusnya Allah SWT mengirim malaikat saja untuk menyampaikan risalah itu kepada mereka, bukan manusia yang sama seperti mereka. Kesombongan yang ada di dalam diri mereka, sama dengan kesombongan yang ada dalam diri iblis ketika menolak perintah Allah SWT untuk bersujud kepada Adam AS karena merasa dirinya lebih mulia.

Sedangkan kata nufur (semakin jauh) berasal dari kata nafara yang artiya, berlari; berlari menjauhi kebenaran dan hidayah Allah SWT. Semakin banyak rezeki yang Allah SWT karuniakan, mereka semakin bertambah jauh dari hidayah-Nya. Cara apa pun yang digunakan untuk mengajak mereka kembali ke jalan yang lurus tidak akan mampu menyadarkan mereka, hingga mereka pun mati dalam kekufuran, na’udzubillah. Semoga kita tidak berada dalam golongan orang-orang yang demikian itu.
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: